Bursakota.co.id, Anambas – Di antara gemuruh ombak yang selalu menjadi saksi bisu kehidupan pesisir, Sabtu (01/11/2025) menjadi hari yang tak biasa bagi warga Kecamatan Jemaja, khususnya Desa Mampok dan Desa Batu Berapit.
Hari itu, haru dan syukur membaur dalam satu napas. Setelah puluhan tahun menanti, impian panjang masyarakat tentang akses jalan yang layak akhirnya bukan sekadar wacana, ia kini sedang diwujudkan.
Pepohan sepanjang jalan juga menutupi akses jalan tersebut. Soalah menyatakan jalan tersebut lebih sering menyerupai jalur perjuangan ketimbang akses peradaban.
Akses yang diharap lebih dekat menghubungkan dua desa untuk kemudahan bagi anak sekolah, petani, hingga nelayan yang hendak menjual hasil tangkapan mereka. Semua itu seolah menjadi potret nyata ketertinggalan yang sabar mereka pikul bertahun-tahun.
Namun, kali ini berbeda. Di sepanjang jalur pembangunan, alat berat mulai berdengung, menandai babak baru bagi masyarakat Desa Mampok. Pemerintah pusat, provinsi, dan Kabupaten Anambas akhirnya menaruh perhatian lebih pada wilayah terpencil ini dan masyarakat meresponsnya dengan rasa syukur yang mendalam.
Leharis, perwakilan masyarakat Desa Mampok, matanya berkaca-kaca saat diminta berbagi cerita. Ia mengatakan akses jalan ini merupakan akses terdekat untuk menghubungkan Desa Ke pusat ibu kota Kecamatan. Tentu jalan itu menjadi harapan penuh dari masyarakat desa Mampok.
“Jalan ini sudah puluhan tahun kami nantikan. Masyarakat sangat membutuhkan akses ini untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan siap mendukung penuh pembangunan ini,” tuturnya, Minggu (02/11/2025).
Bagi mereka, jalan ini bukan sekadar tumpukan aspal dan batu. Ia adalah urat nadi yang mengalirkan kehidupan menghubungkan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan harapan. Jalan ini akan mempersingkat waktu tempuh ke sekolah, memudahkan petani membawa hasil panen, dan membuat perjalanan menuju puskesmas tak lagi menjadi perjuangan panjang di antara waktu.
Senada dengan itu, Yoparizal, tokoh masyarakat dari Desa Batu Berapit, mengingat kembali betapa jalan yang rusak kerap membuat warga waswas.
“Selama ini kondisi jalan sangat memprihatinkan, bahkan sering menimbulkan kekhawatiran terjadinya kecelakaan. Dengan adanya pembangunan ini, kami merasa lega dan sangat mendukung penuh pembangunan jalan Mampok menuju Batu Berapit,” ujarnya.
Kini, di Jemaja, suara mesin proyek bukan hanya bunyi logam yang bekerja. Ia adalah simfoni harapan yang menandai perubahan. Di tengah semilir angin laut yang selalu membawa cerita baru, masyarakat tahu mimpi mereka tentang akses jalan yang baik tak lagi sekadar harapan di ujung doa. Ia telah mulai menjejak di bumi mereka sendiri.(BK/Jun).

















