Desa Resun Pertahankan Tradisi Mandi Safar, Bupati Nizar: Warisan Leluhur yang Harus Dilestarikan

0
32
FOTO : Bupati Lingga M Nizar saat menghadiri tradisi Mandi Safar, Rabu (20/8/2025) di halaman Masjid Al Hidayah

Lingga – Desa Resun kembali menjadi pusat perhatian dengan pelaksanaan tradisi Mandi Safar, Rabu (20/8/2025), yang digelar di halaman Masjid Al Hidayah.

Acara budaya penuh makna ini dihadiri langsung oleh Bupati Lingga, M. Nizar beserta istri, Kepala Dinas Kebudayaan Lingga, Kepala Barenlitbang, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga influencer dan tamu undangan lainnya.

Mandi Safar bukan sekadar ritual turun-temurun, melainkan juga simbol doa bersama untuk keselamatan dan penolak bala. Tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun, bahkan sejak masa kejayaan Kesultanan Riau-Lingga.

Catatan sejarah menyebut, Sultan Abdulrahman Muazamsyah (1883–1911) juga melaksanakan ritual ini sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Melayu.

Sejak tahun 2018, Mandi Safar di Lingga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Dinas Kebudayaan secara aktif mendorong penyelenggaraan tradisi ini agar tetap lestari dan menjadi agenda tahunan yang ditunggu masyarakat.

Dalam sambutannya, Bupati M. Nizar menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Desa Resun yang konsisten menjaga tradisi ini.

“Mandi Safar adalah tradisi Melayu yang sudah lama dan kini telah menjadi WBTB Indonesia. Saya bangga Desa Resun terus menjaga warisan leluhur ini dengan kemasan yang semakin baik dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Makna dari Mandi Safar diartikan sebagai doa bersama untuk memohon perlindungan dari marabahaya, sekaligus ajakan menjaga kebersihan lingkungan dan kebersamaan sosial. Lebih jauh, kegiatan ini juga mulai dilirik sebagai daya tarik wisata budaya.

Tahun ini, acara semakin meriah dengan kehadiran penyanyi asal Malaysia, Rojer Kajol, yang ikut larut dalam rangkaian prosesi Mandi Safar bersama masyarakat.

Kehadirannya memberi warna tersendiri dan menunjukkan bahwa tradisi Melayu ini tidak hanya milik Lingga, tetapi juga bagian dari khazanah budaya serumpun yang patut dibanggakan.(Bk/Iwan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini