
Tanjungpinang – Sebuah malam yang penuh kehangatan dan makna terjalin di Gedung Daerah Tanjungpinang, Selasa (10/6), ketika Gubernur Kepulauan Riau, H. Ansar Ahmad, menyambut hangat Menteri Besar Kelantan, Yang Amat Berhormat Dato’ Panglima Perang Ustaz Dato’ Haji Mohd Nassurudin, beserta istri, Datin Wan Nor Hanita.
Dalam jamuan makan malam yang sarat nuansa persaudaraan Melayu ini, bukan sekadar sajian kuliner yang tersaji, tetapi juga cita rasa sejarah, budaya, dan komitmen mempererat silaturahmi antarwilayah serumpun.
Dalam sambutannya, Gubernur Ansar Ahmad menyampaikan potret geografis Kepulauan Riau yang unik dan strategis.
“Sebanyak 96 persen wilayah Kepri terdiri dari lautan, hanya 4 persen berupa daratan. Inilah karakter geografis yang menjadikan Kepri sebagai provinsi kepulauan dengan 2.408 pulau, di antaranya 394 pulau berpenghuni dan 22 pulau berada di wilayah perbatasan,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa posisi geografis ini menjadikan Kepri sebagai salah satu provinsi terdepan yang berbatasan langsung dengan hampir seluruh negara ASEAN.
Dalam konteks ini, Kepri tidak hanya menjadi garda depan Indonesia, tetapi juga simpul penting dalam jejaring kebudayaan dan persaudaraan rumpun Melayu.
Monumen Bahasa dan Akar Sejarah di Pulau Penyengat
Dalam momen tersebut, Gubernur Ansar juga mengangkat rencana pembangunan Monumen Bahasa Nasional di Pulau Penyengat, sebagai bentuk penghormatan terhadap Raja Ali Haji pujangga besar yang melahirkan dasar-dasar tata bahasa Melayu baku yang kelak menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.
“Monumen ini bukan hanya simbol fisik, tetapi juga pengakuan sejarah bahwa akar Bahasa Indonesia tumbuh dari Pulau Penyengat. Raja Ali Haji adalah tonggak penting warisan literasi bangsa,” ujar Gubernur dengan nada penuh kebanggaan.
Kelantan dan Kepri: Dua Saudara Satu Rumpun
Menteri Besar Kelantan, Dato’ Haji Mohd Nassurudin, membalas sambutan tersebut dengan nada yang tak kalah hangat.
Ia menyatakan kekagumannya atas peran Raja Ali Haji dalam membangun fondasi bahasa Melayu yang menyatukan bangsa-bangsa serumpun.
“Kita semua bersaudara. Kalau di Kepri ada Tanjungpinang, di Kelantan ada Sungai Pinang. Budaya kita sama, bahasa kita senada. Tidak ada jarak antara Kepri dan Kelantan dalam hati,” ucap beliau disambut tepuk tangan tamu undangan.
Beliau juga menyampaikan undangan resmi kepada Gubernur Ansar Ahmad dan jajaran Pemerintah Provinsi Kepri untuk melakukan kunjungan balasan ke Kelantan, sebagai bagian dari penguatan hubungan lintas negara dan budaya.
Cendera Mata dan Janji Silaturahmi yang Berlanjut
Malam akrab itu ditutup dengan pertukaran cendera mata antara Gubernur Kepri dan Menteri Besar Kelantan, sebagai simbol persahabatan yang melampaui batas geografis dan administratif.
Kedua pemimpin daerah sepakat bahwa kerja sama antarwilayah serumpun, baik dalam bidang budaya, pendidikan, maupun ekonomi, harus terus dijaga dan ditumbuhkan.
Melangkah Bersama Menuju Masa Depan Rumpun Melayu
Jamuan malam itu tak hanya meninggalkan jejak di meja makan, tetapi juga menorehkan harapan baru bagi masa depan persaudaraan Kepri dan Kelantan. Dua wilayah yang dipisah oleh laut, namun dipertautkan oleh sejarah, budaya, dan satu bahasa ibu yang sama: bahasa Melayu.
Dari Tanjungpinang ke Sungai Pinang, dari Penyengat ke Kelantan langkah kecil menuju penguatan jati diri bangsa serumpun kini kembali diteguhkan dalam balutan silaturahmi yang penuh makna.
Editor : Papi