Pompong Penghidupan Hangus Dilalap Api, Wiwin: “Hanya Itu Harapan Kami”

0
231
FOTO: Pompong terbakar

Bursakota.co.id, Anambas – Malam itu, langit Desa Belibak tampak tenang. Angin laut bertiup pelan, membawa aroma asin yang akrab bagi warga pesisir.

Wiwin (45), istri Sabran, sedang berada di rumah bersama suami dan dua anaknya. Tak ada tanda-tanda bahwa malam tersebut akan membawa kabar buruk yang menggetarkan hatinya.

Kabar itu datang tiba-tiba, dibawa oleh seorang remaja bernama Budi. Sambil terengah, Budi bercerita bahwa ia melihat kobaran api di pelabuhan sekitar jam 1 dini hari.

Awalnya, ia menggira itu hanyalah api warga yang membakar sampah hal yang biasa terlihat di desa. Namun kali ini, api itu berbeda besar, menyala liar, dan memakan sesuatu yang lebih berharga.

Tak lama, kabar itu terkuak. Api tersebut melahap sebuah pompong (perahu motor) sederhana milik nelayan dan parahnya, itu adalah pompong milik tetangga yang tak lain adalah suami Wiwin sendiri.

“Kami sekeluarga langsung bangun. Berempat, kami lari ke pelabuhan. Sampai di sana, pompong suami saya sudah dikelilingi api besar, nyalanya menjilat ke langit,” tutur Wiwin dengan suara bergetar, Rabu (13/8/2025).

Ingatan Wiwin melayang ke beberapa jam sebelumnya. Malam itu, Sabran sempat pergi ke pelabuhan untuk memeriksa pompongnya. Ada pompa sedot air otomatis yang tak menyala, dan ia ingin memastikan kondisinya.

“Dia sempat cek kabel aki pompa itu. Setelah itu, dia pulang sambil membawa radar dari pompong,” kenang Wiwin.

Namun upaya kecil dari warga yang bahu membahu tak mampu menyelamatkan segalanya. Api keburu melalap. Selain menghancurkan bodi pompong, musibah tersebut juga menghanguskan seluruh peralatan melaut.

“Yang tersisa hanya bagian kamar ayat. Sisanya habis. Radio, satelit, tiga fiber kecil tempat ikan semuanya ikut terbakar,” ujarnya.

Hanya panel tenaga surya yang berhasil selamat. Sementara mesin pompong belum diketahui apakah masih bisa digunakan atau tidak.

Bagi Wiwin dan keluarganya, pompong itu bukan sekadar perahu. Ia adalah sumber penghidupan, sahabat setia Sabran di laut, dan satu-satunya penopang ekonomi keluarga.

“Suami saya cuma nelayan. Selama ini, hidup kami sepenuhnya bergantung pada pompong itu,” kata Wiwin lirih, matanya menerawang jauh.

Kerugian akibat kebakaran tersebut ditaksir hampir mencapai Rp100 juta. Bagi keluarga nelayan sederhana, jumlah itu bagaikan jurang yang sulit diseberangi.

Wiwin berharap ada uluran tangan dari pemerintah atau pihak terkait, agar mereka bisa kembali melaut.

“Namanya musibah, siapa yang tahu. Tapi paling tidak, ada bantuan untuk keluarga kami dari Pemerintah. Suami saya hanya punya pompong itu untuk mencari ikan,” harapnya.(Bk/Jun).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini