Pulau Pahat, Pesona Wisata Tropis yang Ajak Wisatawan Terlibat dalam Konservasi Penyu

0
86
FOTO : Pelepasan Tukik di Pulau Pahat

Bursakota.co.id, Anambas – Pulau Pahat tak hanya menawarkan hamparan pasir putih dan matahari terbenam yang menawan. Pulau kecil ini juga menyimpan cerita tentang perjuangan hidup seekor penyu yang dimulai dari sebutir telur di dalam pasir.

Di bawah sinar matahari sore yang lembut, langkah-langkah kecil sekelompok tukik (Anak Penyu) meninggalkan jejak di pasir putih Pulau Pahat itu.

Di sisi mereka, beberapa wisatawan berjongkok, dengan hati-hati melepas anak-anak penyu menuju samudra. Ada rasa haru dan takjub yang berpadu menjadi satu pengalaman sederhana yang meninggalkan kesan mendalam.

Pulau Pahat, sebuah pulau kecil dengan hamparan pantai yang masih perawan, kini bukan sekadar destinasi wisata tropis. Di sini, wisatawan diajak menjadi bagian dari program konservasi penyu, satwa laut yang keberadaannya kian terancam.

Dora seorang wisatawan asal Tanjungpinang, tampak penuh perhatian saat tangannya melepaskan tukik (Anak Penyu) ke pasir, tukik yang kecil dan rapuh itu berjalan perlahan ke arah ombak.

“Rasanya luar biasa, seperti ikut memberi kesempatan hidup pada makhluk mungil ini,” ucapnya Selasa, (19/08/2025)

Sunset di pulau Pahat, Anambas

Tak jauh darinya, dua rekannya sibuk mengabadikan momen dengan ponsel. Namun, tak hanya sekadar foto yang mereka bawa pulang, melainkan sebuah cerita tentang keterlibatan nyata dalam menjaga alam.

Sebelum melepas tukik, para wisatawan diajak melihat area penangkaran. Deretan kayu penanda berdiri rapi di atas gundukan pasir, masing-masing mencatat tanggal penanaman telur dan jenis penyu yang dikandungnya.

Dan Setiap lubang pasir seakan menjadi rumah harapan bagi spesies laut yang kini semakin terancam punah akibat perburuan dan kerusakan habitat.

“Setiap lubang ini adalah harapan,” jelas Zikry seorang pemandu lokal sambil memperlihatkan proses penggalian telur yang dipindahkan ke area aman.

Wisatawan pun diperkenalkan pada tantangan konservasi mulai dari predator alami, perburuan liar, hingga perubahan iklim yang mengancam siklus bertelur penyu.

Puncak pengalaman terjadi saat malam tiba. Dalam sunyi, hanya diterangi cahaya senter redup, seekor induk penyu hijau terlihat menggali sarang di pasir.

Wisatawan mendekat dengan penuh rasa hormat. Dora dengan hati-hati, meletakkan tangan di tempurung induk penyu hijau itu dan menjadi sebuah pengalaman yang jarang bisa didapatkan oleh dirinya.

“Momen ini membuat saya sadar betapa rapuhnya kehidupan laut. Kita harus menjaga mereka,” katanya pelan.

Pada malam hari pengunjung dapat melihat penyu yang sedang bertelur di tepi pantai

Di Pulau Pahat, wisata bukan hanya tentang panorama pasir putih dan sunset yang membakar langit jingga. Ini adalah tentang keterlibatan, kepedulian, dan pengalaman yang mengubah cara pandang wisatawan terhadap alam.

Menyaksikan matahari tenggelam di ufuk barat, seorang wisatawan berjalan sendirian di bibir pantai. Siluet tubuhnya berpadu dengan langit jingga, seolah menjadi penutup sempurna perjalanan hari itu.

Pulau Pahat berhasil mengajarkan satu hal sederhana menjaga bumi bisa dimulai dari langkah kecil melepaskan seekor tukik ke laut, dan membiarkan alam bekerja dengan caranya sendiri.(Bk/Jun).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini