Wali Nanggroe Singgah di Idi Cut: Silaturahmi, Doa, dan Diskusi Migas Bersama Panglima Sago Meh Ijo

0
44
FOTO : Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haytar, melakukan kunjungan silaturahmi ke Gampong Seuneubok Teungoh, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur, Rabu 25 Juni 2025.

Darul Aman, Aceh – Dalam suasana haru dan penuh makna, Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haytar, melakukan kunjungan silaturahmi ke Gampong Seuneubok Teungoh, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur, Rabu 25 Juni 2025.

Kunjungan ini merupakan bentuk penghormatan kepada keluarga almarhumah nenek dari Faisal Rijal Hasan, seorang tokoh muda Aceh Timur yang pernah menjadi staf ahli Gubernur Aceh.

Wali Nanggroe yang turut didampingi oleh Bahtiar dan Nadir Hasan, disambut hangat oleh Panglima Sago Meh Ijo, salah satu tokoh penting kombatan GAM dan pemangku adat di wilayah tersebut.

“Semoga Allah menerima amal ibadah almarhumah dan keluarga diberi ketabahan. Ini bukan hanya kunjungan, tapi bagian dari menjaga hubungan batin antara pemimpin dan rakyatnya,” ujar Wali Nanggroe dalam suasana yang penuh kekeluargaan.

Diskusi Hangat: Migas, Kedaulatan, dan Masa Depan Aceh Timur

Dalam pertemuan tersebut, Panglima Sago Meh Ijo menyampaikan aspirasi masyarakat terkait pengelolaan Migas oleh PT MEKO di Blang Nisam, Indra Makmur.

Beliau menanyakan posisi dan arah kebijakan yang seharusnya diambil agar sumber daya alam bisa lebih memberi manfaat bagi masyarakat lokal.

Menanggapi hal itu, Wali Nanggroe menyampaikan dengan tegas:

“Segala keputusan dan kewenangan terkait PT MEKO berada dalam ranah Pemerintah Aceh Timur. Kedaulatan daerah atas sumber daya harus dihormati dan dijaga.”ujarnya.

Pernyataan ini memperkuat posisi Aceh dalam konteks pengelolaan sumber daya alam pasca-MoU Helsinki dan amanat Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA).

Pertemuan Para Panglima di Tualang Cafe

Selepas dari rumah duka, pertemuan dilanjutkan secara informal di Tualang Cafe, tempat berlangsungnya diskusi ringan namun penuh makna antara para tokoh.

Hadir pula dalam kesempatan tersebut Panglima Darwis Jenib, memperkuat kesan bahwa pertemuan ini bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga langkah konsolidasi untuk menjaga kekompakan dan semangat perjuangan dalam bingkai damai.

Wali Nanggroe: Pilar Keistimewaan dan Penjaga Martabat Aceh

Sebagai pemimpin simbolis dan spiritual Aceh, Wali Nanggroe bukan hanya tokoh adat, tetapi penjaga identitas Aceh: adat, budaya, dan kehormatan sejarah.

Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa Aceh membutuhkan jembatan antara masa lalu dan masa depan antara sejarah perjuangan dan semangat pembangunan.

Kehadiran Wali Nanggroe di tanah adat Idi Cut adalah pesan tersirat: bahwa nilai silaturahmi, penghormatan, dan dialog terbuka masih menjadi jalan utama untuk menyatukan Aceh.(hsb)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini