Natuna – Malam puncak Kenduri Budaya Pulau Tiga 2025 pada Jumat (15/8/2025) menjadi momen yang tak terlupakan bagi ratusan penonton yang memadati Lapangan Bola Pulau Tiga.
Tepat di bawah gemerlap lampu panggung, Teater Mendu tampil sebagai penutup, mengikat seluruh rangkaian tiga hari perayaan dalam satu suguhan seni yang memukau.
Teater Mendu, seni pertunjukan tradisional Melayu yang menggabungkan drama, nyanyian, tarian, dan musik pengiring, malam itu kembali menunjukkan pesonanya.
Cerita yang diangkat memadukan unsur hiburan dan pesan moral, dibalut dialog berbahasa Melayu yang kental. Kostum berwarna cerah, tata rias mencolok, dan iringan musik tradisional yang dimainkan langsung, membuat penonton seakan dibawa kembali ke masa lalu.
“Mendu bukan hanya hiburan, tapi juga warisan leluhur yang sarat nilai kehidupan, keberanian, dan kebersamaan,” ujar salah satu penonton usai pertunjukan.
Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV, selaku penyelenggara Kenduri Budaya, menempatkan Mendu sebagai penutup bukan tanpa alasan.
Pertunjukan ini dianggap mencerminkan semangat utama Kenduri Budaya menghidupkan kembali tradisi yang hampir punah dan memperkenalkannya kepada generasi muda di tengah arus modernisasi.
Tepuk tangan panjang mengiringi akhir pementasan, menjadi tanda apresiasi bagi para seniman yang menjaga nyala tradisi. Malam itu, Mendu kembali membuktikan bahwa seni tradisi tetap relevan dan layak dibanggakan oleh masyarakat Natuna.
Tiga Hari Pesta Budaya di Pulau Tiga
Kenduri Budaya Pulau Tiga 2025 digelar selama tiga hari, 13–15 Agustus 2025, oleh BPK Wilayah IV—Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Acara ini dirancang sebagai ajang perayaan sekaligus pelestarian warisan budaya Natuna, dengan konsep partisipatif yang melibatkan masyarakat dari awal hingga akhir.
Hari Pertama dibuka dengan prosesi adat, Tari Sekapur Sirih, makan berdulang, lalu malam pagelaran yang menampilkan Gazal, Lesung Alu, Teater Tari Tupeng, dan Zapin Tali.
Hari Kedua diwarnai lomba sampan tradisional, lomba panggak gasing, dan malam hiburan yang menampilkan Tari Tapok Kaleng, Teater Lang-Lang Buana, dan Gazal.
Hari Ketiga siangnya digelar Forum Group Discussion (FGD) bertema “Revitalisasi Warisan Budaya untuk Memperkuat Kearifan Lokal”, membahas strategi pelestarian budaya di tingkat desa. Malam harinya, panggung utama menampilkan Gazal, Gondang Silat, Musik Gambus, hingga Teater Mendu sebagai puncak acara.
Melalui rangkaian kegiatan ini, BPK Wilayah IV menegaskan komitmennya untuk menghidupkan kembali seni tradisi yang nyaris hilang. Tidak hanya menggelar pertunjukan, BPK juga memfasilitasi lokakarya dan diskusi yang mendorong generasi muda serta masyarakat untuk aktif terlibat dalam pelestarian budaya.
Kenduri Budaya Pulau Tiga 2025 pun menutup tirai dengan satu pesan yang jelas: warisan leluhur adalah identitas yang harus dijaga bersama, agar tetap hidup dan berdenyut di tengah perkembangan zaman. (Bk/Dika)