Natuna – Tingginya angka kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas Sedanau menjadi sorotan dalam Laporan Indikator Kinerja Gizi Triwulan II Tahun 2025 yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna. Hingga Mei 2025, tercatat 25 kasus balita stunting atau setara 15,53 persen dari total balita yang dipantau.
Stunting, yang merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, menjadi perhatian serius karena berdampak jangka panjang pada kesehatan dan kecerdasan anak.
Selain stunting, data juga mencatat 9 kasus wasting atau gizi buruk (5,59 persen), 7 kasus overweight (4,35 persen), dan 26 kasus underweight (16,15 persen), menjadikan masalah gizi di wilayah ini cukup kompleks.
Kepala Puskesmas Sedanau, Wan Arie Afryadi, mengakui tingginya prevalensi stunting di wilayah Bunguran Barat yang menjadi bagian dari cakupan layanannya.
“Ya, untuk wilayah Bunguran Barat masih lumayan tinggi tingkat stunting-nya,” ujar Wan Arie saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (20/6/2025).
Menurutnya, faktor ekonomi menjadi penyebab utama tingginya angka stunting, disusul oleh rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya kesadaran masyarakat untuk rutin memeriksakan kehamilan maupun membawa balita ke Posyandu.
“Faktor utama stunting di Bunguran Barat adalah ekonomi, pendidikan, dan masih ada keluarga yang enggan memeriksakan diri secara rutin dari masa kehamilan hingga pasca melahirkan,” jelasnya.
Untuk menekan laju stunting, Puskesmas Sedanau tidak tinggal diam. Berbagai langkah telah dilakukan, mulai dari sosialisasi hingga kunjungan langsung ke rumah-rumah warga.
“Kita sudah lakukan sosialisasi dan kunjungan rumah bersama pihak desa. Kami juga menyasar balita dengan masalah gizi melalui pemberian PMT lokal, pelibatan PLKB, tenaga gizi, serta Duta GenRe SMKN Bunguran Barat dalam kegiatan BTS—beras, telur, sedekah,” ungkapnya.
Kolaborasi lintas sektor pun terus diperkuat. Puskesmas Sedanau menggandeng Dinas Kesehatan, pemerintah kecamatan, desa, tokoh masyarakat, hingga warga dalam upaya terpadu menekan kasus gizi buruk.
“Pada tahun 2023, kami pernah menggelar program Dapur Sehat di setiap desa bersama kader Posyandu untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi balita,” tambahnya.
Laporan ini menjadi pengingat bahwa tantangan penanganan gizi di Natuna masih besar, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Pemerintah daerah diharapkan mengambil langkah strategis dan kolaboratif untuk menekan angka gizi buruk melalui edukasi gizi, intervensi langsung, serta peningkatan akses layanan kesehatan ibu dan anak.(Bk/Dod)