Editorial : Musim Utara dan Nasib Nelayan Pesisir Natuna

0
48
Foto Ilustrasi

Setiap tahun, ketika angin utara mulai berembus kencang dan gelombang laut meninggi, nelayan pesisir Natuna kembali dihadapkan pada kenyataan pahit yang nyaris tak pernah berubah.

Musim Utara bukan sekadar penanda perubahan cuaca, tetapi menjadi garis batas antara harapan dan ketidakpastian bagi ribuan keluarga yang menggantungkan hidup pada laut.

Bagi nelayan kecil, khususnya pengguna pompong dan perahu kayu berukuran terbatas, musim ini adalah masa bertahan.

Gelombang tinggi, angin kencang, dan cuaca ekstrem memaksa mereka mengurangi bahkan menghentikan aktivitas melaut. Bukan karena malas, melainkan karena taruhan nyawa menjadi terlalu mahal untuk dipertaruhkan demi segenggam hasil tangkapan.

Akibatnya, pendapatan nelayan merosot tajam. Jika pada musim tenang mereka masih bisa membawa pulang ikan untuk dijual dan dikonsumsi keluarga, pada Musim Utara penghasilan nyaris nol.

Di sinilah rantai kerentanan mulai terlihat: dapur tak lagi mengepul, biaya sekolah anak tersendat, dan kebutuhan dasar harus dipenuhi dengan utang atau bantuan seadanya.

Ironisnya, kondisi ini terjadi di wilayah yang dikenal sebagai garda terdepan NKRI dengan potensi laut melimpah. Namun, kekayaan sumber daya tersebut belum sepenuhnya berbanding lurus dengan kesejahteraan nelayan pesisirnya.

Program bantuan yang ada sering kali bersifat temporer dan belum menyentuh akar persoalan keberlanjutan ekonomi nelayan saat musim paceklik.

Musim Utara seharusnya menjadi momentum evaluasi bagi pemerintah daerah dan pusat. Skema bantuan jaring pengaman sosial khusus nelayan, program padat karya pesisir, hingga pengembangan usaha alternatif berbasis perikanan darat dan pengolahan hasil laut perlu diperkuat. Bukan sekadar bantuan sembako, tetapi solusi yang menjaga martabat dan kemandirian nelayan.

Di sisi lain, modernisasi armada dan alat tangkap yang lebih aman juga menjadi kebutuhan mendesak. Nelayan Natuna tidak kekurangan semangat, yang mereka butuhkan adalah perlindungan dan keberpihakan kebijakan agar dapat bertahan menghadapi siklus alam yang tak bisa dihindari.

Musim Utara akan selalu datang, seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, nasib nelayan pesisir Natuna tidak seharusnya terus berulang dalam cerita yang sama. Jika laut adalah masa depan Natuna, maka memastikan nelayannya tetap hidup layak di tengah gelombang adalah tanggung jawab bersama negara, daerah, dan kita semua.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini