Natuna – Rencana masuknya maskapai Super Jet Air ke Natuna, memberi secercah harapan baru bagi masyarakat di wilayah perbatasan ini.
Pasca terhentinya operasional NAM Air, Natuna sempat mengalami kekosongan layanan udara yang berdampak langsung pada konektivitas dan denyut ekonomi lokal.
Di tengah melemahnya daya beli masyarakat, lesunya perputaran perdagangan, serta terbatasnya aktivitas birokrasi, kehadiran Super Jet menjadi angin segar yang dinanti.
Namun demikian, muncul pertanyaan yang tak bisa dihindari mampukah maskapai ini bertahan dalam situasi ekonomi Natuna yang sedang lesu dan tak menentu?
Masyarakat pengguna jasa penerbangan di Natuna bukan sekadar penumpang. Mereka adalah bagian dari dinamika ekonomi lokal yang kini sedang melambat.
Melemahnya sektor perdagangan, tersendatnya belanja daerah akibat kebijakan pengetatan anggaran, hingga turunnya mobilitas masyarakat menjadi tantangan nyata bagi operasional maskapai di daerah ini.
Sektor birokrasi yang selama ini juga menjadi penopang utama pergerakan penumpang udara ikut terdampak. Tertundanya pembayaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) bagi ASN, pembatalan sejumlah kegiatan dinas, serta ketidakjelasan arah program pemerintahan baru, turut memperlemah mobilitas aparatur daerah.
“Kita tentu berharap maskapai ini bisa bertahan, tapi harus realistis juga. Kalau ekonomi tidak segera membaik, operasional mereka bisa terancam,” ujar Rahmad warga Natuna.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas langkah cepat Pemerintah Daerah Natuna dalam merespons kekosongan layanan udara.
“Kita patut mengapresiasi upaya cepat Bupati Natuna mencari pengganti setelah NAM Air menghentikan penerbangan. Namun, lemahnya daya beli dan ekonomi yang lesu harus dicarikan solusi agar maskapai yang hadir tidak merugi dan akhirnya hengkang karena sepinya penumpang,” pungkasnya.
Super Jet Air datang di tengah keluhan masyarakat mengenai mahalnya harga tiket dan minimnya frekuensi penerbangan ke dan dari Natuna.
Namun, dengan kondisi fiskal yang belum stabil dan minat bepergian yang rendah, tantangan mempertahankan keberadaan maskapai ini jelas tidak ringan.
Konektivitas udara merupakan nadi penting bagi wilayah kepulauan seperti Natuna. Namun lebih dari itu, dibutuhkan kebijakan strategis dan konkret untuk memulihkan ekonomi, mendorong daya beli masyarakat, serta menjamin keberlangsungan layanan transportasi yang terjangkau, terjadwal, dan berkelanjutan.
Tanpa langkah nyata ke arah itu, Super Jet bisa saja hanya menjadi “penambal sementara” sebelum akhirnya angkat kaki, seperti yang terjadi pada maskapai sebelumnya.
Adapun rencana masuknya Super Jet Air ke Natuna pertama kali disampaikan oleh Bupati Natuna, Cen Sui Lan, melalui sejumlah media massa. Hal ini merupakan bentuk respons cepat atas keputusan resmi NAM Air yang menghentikan layanan penerbangan ke Natuna mulai 10 Mei mendatang.
Kini masyarakat menanti apakah Super Jet akan menjadi penyelamat konektivitas, atau hanya menjadi harapan yang terbang sebentar lalu pergi?
Editor : Papi