
“Ada dua cita-cita saya untuk Natuna yang belum tercapai, yaitu membangun bandara Internasional dan pelabuhan Samudera”
Bursakota.co.id, Natuna – Meski selalu menuai kritik oleh masyarakat Natuna, namun apa yang telah diupayakan oleh Bupati Natuna Hamid Rizal selama kurang lebih 5 tahun memimpin kabupaten bersama Ngesti Yuni Suprapti patut di apresiasi.
Berkat perjuangan mereka, saat ini Natuna kian membaik salah satu yang tampak, tersedianya sarana dan pembangkit listrik yang kini sudah menjangkau ke seluruh desa. Ini bukan kebetulan, Natuna yang dulunya selalu ribut karena pemadaman bergilir kini sudah terang benderang. Pulau-pulau terluar di Natuna yang dulu hanya dilayani mesin pembangkit Perusda, kini sudah beroperasi mesin milik PLN 24 jam. Sungguh suatu nikmat dunia yang patut kita sukuri bersama.
“Alhamdulilah listrik sudah menjangkau hampir semua desa di Kabupaten Natuna, itu sudah kita resmikan beberapa waktu lalu bersama PLN, untuk listrik saya rasa tidak ada kendala bahkan di pulau Bunguran besar ada dua pembangkit yang beroperasi,”ujarnya kepada awak media di Gedung Daerah, Sabtu malam (10/04/2021).
Kemudian lanjut, Hamid mengenai masalah telekomunikasi, saat ini telekomunikasi di Kabupaten Natuna sudah menjangkau pulau-pulau terluar, seperti Pulau Laut, Subi, Pulau Panjang, Midai dan Serasan. Meskipun belum maksimal, namun sarana telekomunikasi sudah menjangkau pulau-pulau terluar di Natuna, tinggal nanti ditingkatkan saja.
Disamping itu, yang menjadi perhatian Hamid Rizal adalah masalah pelabuhan. Ia bercita-cita ingin menyandarkan kapal penumpang KM Bukit Raya di beberapa pulau dan kecamatan, seiring berjalanya waktu dengan kerjasama OPD terkait hal itu juga telah tercapai dan bisa dinikmati oleh masyarakat saat ini.
“Alhamdulilah Kapal Bukit Raya saat ini sudah bisa sandar dan menurunkan penumpang dipelabuhan Midai dan Serasan. Selain KM Bukit Raya, Kapal Sabuk Nusanta juga sudah bisa sandar di pelabuhan Subi dan Pulau Laut, pada intinya masyarakat sudah bisa menikmati capaian pembangunan yang telah dilaksanakan selama kurang lebih 5 tahun kepemimpinan saya,”ujar Hamid.
Sebenarnya Hamid Rizal belum puas, masih ada cita-citanya untuk Natuna yang belum tercapai yaitu, membangun bandara internasional dan pelabuhan Samudera. Bandara internasional dan pelabuhan Samudera ini menurutnya, merupakan denyut nadi laju gerak pembangunan Natuna.
“Bandara internasional ini sangat menentukan cepat atau lambatnya kemajuan Natuna, kita ini berada di jalur penerbangan internasional dan jalur pelayaran internasional Alki 1, ini harus kita gesa ke pemerintah pusat. Saya kira pemimpin Natuna yang baru nanti dapat melanjutkan hal ini,”harap Hamid.
Selain itu, yang menjadi ganjal dalam hatinya, soal porsi dana bagi hasil migas dari pemerintah. Meski di dapuk sebagai daerah penghasil, namun secara kalkulasi penerimaan Natuna sangat minim, bahkan pendapatan cenderung menurun drastis dari tahun ke tahun.
Melihat ketimpangan Hamid tetap berharap dan menyuarakan agar Kabupaten Natuna tetap menjadi prioritas dalam mendapatkan dana bagi hasil migas dari pemerintah pusat.
Hari ini, porsi pendapatan Natuna dari DBH Migas sangat menurun drastis. Semula mendapatkan alokasi Rp200 milyar pertahun, kini terjun bebas menjadi Rp20 milyar, penerimaan DBH Migas.
“Saya melihat ini sudah jauh dari kata adil, bagaimana mungkin kita sebagai daerah penghasil mendapat porsi paling kecil dibandingkan daerah lain di Provinsi Kepri. Kita punya sumur, orang lain ambil satu drum, masak kita cuma kebagian satu ember, ini sangat jauh dari rasa keadilan,”kenang Hamid.
Dalam catatanya, Hamid mengatakan bahwa penerimaan DBH Migas Natuna pada masa kepemimpinannya hanya tembus angka Rp200 milyar pada tahun 2018, setelah itu semakin menurun dan pada tahun 2020 hanya tersisa Rp20 milyar saja.
Melihat fakta ini, Hamid berharap pemerintah pusat dapat mangkaji, dan memberi porsi sepadan kepada Natuna sebagai daerah penghasil. Tuntutan ini bukanlah berlebihan, sebab cadangan migas Natuna sangat melimpah, setiap tahun ada sumur baru yang ditemukan dan beroperasi.
Tidak lupa, Hamid Rizal juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, jika selama ia menjadi bupati ada kekeliruan dalam tingkah laku dan taget pembangunan yang belum tercapai.
“Saya secara pribadi dan keluarga menyampaikan permohonan maaf, kepada seluruh masyarakat Natuna, mungkin ada tingkah laku kami yang kurang berkenan selama memimpin Natuna, mohon dimaafkan,”pintanya.
Selain itu, Hamid Rizal juga selalu mendo’akan masyarakat agar masyarakat Natuna lebih sejahtera dan maju di masa kepemimpinan bupati yang baru.
“Insa allag tanggal 4 Mei nanti, saya sudah habis masa jabatan sebagai Bupati Natuna, saya mohon pamit, semoga masyarakat Natuan lebih maju dengan pemimpin yang baru, dan cita-cita ingin menjadi Provinsi segera terwujud,”tutup Hamid.***doni