Petisi Warga Daik Lingga, Wahana Anak di Lapangan Sultan Mahmud Jangan Dimatikan

0
81
Ket Foto : Warga saat melakukan tanda tangan petisi diatas kain putih panjang terbentang di dua titik strategis Simpang Tiga Kampung Pahang dan depan minimarket Lingga Mart Kampung Sawin.

Lingga – Suara rakyat kembali menggema dari jantung Daik Lingga. Di tengah keterbatasan fasilitas hiburan, ratusan warga turun tangan menyuarakan harapan sederhana, agar wahana bermain anak yang telah selesai dibangun di Lapangan Sepakbola Sultan Mahmud Riayat Syah tetap diperbolehkan beroperasi.

Petisi itu tidak berlangsung dalam ruang sunyi. Sejak Jumat (9/5/2025), kain putih panjang terbentang di dua titik strategis Simpang Tiga Kampung Pahang dan depan minimarket Lingga Mart Kampung Sawin.

Di atasnya, deretan tanda tangan warga tergores satu per satu, menjadi simbol kuat dukungan masyarakat terhadap hadirnya hiburan rakyat yang nyaris punah di kota kecil ini.

“Dapat satu minggu saja buka, jadi lah. Dapat juga bawak anak main ke sana,” ucap seorang ibu muda yang turut membubuhkan tanda tangannya, menggambarkan rindu akan hiburan sederhana yang kini terasa mewah bagi warga Daik.

Wahana permainan itu sebenarnya telah rampung dibangun. Arena berisi berbagai fasilitas permainan anak seperti komidi putar, kuda-kudaan, dan wahana mini lainnya berdiri di salah satu sisi lapangan.

Namun, sampai Sabtu (10/5/2025), belum juga diizinkan beroperasi. Penyebabnya, sebagian tokoh masyarakat menyatakan keberatan karena khawatir rumput lapangan rusak dan mengganggu fungsi utama sebagai fasilitas olahraga.

Namun di sisi lain, suara mayoritas terutama yang bersuara di media sosial menginginkan hal yang berbeda. Mereka menyambut hangat kehadiran wahana tersebut, menyebutnya sebagai angin segar di tengah minimnya ruang rekreasi, terutama bagi anak-anak dan keluarga muda.

Bagi banyak warga, lapangan bukan hanya milik atlet. Ia juga bagian dari denyut kehidupan sosial kota. Dan menghadirkan hiburan, walau sesekali, dianggap bukan sebuah pengkhianatan terhadap fungsinya melainkan perluasan makna manfaat dari ruang publik itu sendiri.

Aksi petisi ini menjadi lebih dari sekadar permintaan agar wahana dibuka. Ia adalah suara kolektif masyarakat yang merasa bahwa mereka juga punya hak untuk menentukan wajah kota tempat mereka tinggal.

Kini, keputusan ada di tangan para pemangku kebijakan. Masyarakat berharap adanya jalan tengah ruang bermain bisa dibuka dengan pengelolaan yang bijak, tanpa merusak fungsi lapangan sebagai tempat olahraga.

Karena di balik gemerlap lampu pasar malam dan tawa anak-anak, tersimpan harapan yang lebih besar bahwa Daik Lingga, sekecil apapun kotanya, punya ruang bagi kebahagiaan warganya sendiri.(Bk/Iwan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini