Pulau Mangkai Sukses Kelola Konservasi Penyu: Kolaborasi Pemerintah, Yayasan, dan Masyarakat Jadi Kunci

0
79
FOTO : Warga pulau Pulau Mangkaikeputusan Anambas yang aktif melakukan konservasi penyu

Bursakota.co.id, Anambas – Keberhasilan konservasi penyu kembali terwujud di salah satu titik terluar Indonesia, tepatnya di Pulau Mangkai Kabupaten Kepulauan Anambas provinsi Kepri, Senin (21/07/2025).

Pulau Mangkai yang terletak di wilayah Kepulauan Anambas dan merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Nasional, kini memiliki sistem pengelolaan penyu yang lebih baik berkat kerja sama antara LKKPN Pekanbaru, Yayasan Jaga Mangkai, dan masyarakat setempat.

Pulau Mangkai dikenal sebagai habitat penting bagi penyu sisik dan penyu hijau yang bertelur di Laut Natuna Utara. Namun, letaknya yang terpencil dan terbatasnya fasilitas menjadi tantangan besar dalam upaya pelestarian.

Melalui program Friends of Anambas, pendekatan baru diterapkan dengan melibatkan banyak pihak.

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui LKKPN Pekanbaru, bersama pemerintah daerah, Posal Letung, Polsek Letung, Yayasan Jaga Mangkai, hingga tokoh masyarakat, bersatu dalam kegiatan pelestarian, edukasi, patroli pengawasan, dan pengembangan ekowisata berbasis konservasi.

“Ini bukan hanya soal menyelamatkan penyu, tapi juga menciptakan kebanggaan baru bagi masyarakat di pulau terluar. Kini, masyarakat menjadi penjaga laut, bukan hanya penonton,” ujar Murwanto, Ketua Yayasan Jaga Mangkai yang juga warga Desa Keramut.

Salah satu hasil nyata dari program ini adalah rencana pembangunan Pusat Edukasi Konservasi Penyu Spesial Anambas Kawasan Terluar Indonesia (PENYU SAKTI). Pusat edukasi ini diharapkan menjadi pusat informasi, penelitian, dan wisata edukatif, sekaligus simbol keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kekayaan laut.

Data terbaru juga menunjukkan hasil menggembirakan. Menurut penanggung jawab kegiatan pelestarian penyu, Ronald Kesatria Sinaga, sejak Mei hingga 20 Juli 2025, tercatat 648 sarang penyu berhasil diinkubasi, dengan 15.400 tukik berhasil dilepasliarkan. Keberhasilan penetasan juga meningkat tajam hingga rata-rata 96 persen. Selain itu, 7 orang warga Desa Keramut kini aktif sebagai enumerator dan edukator lapangan setelah mendapatkan pelatihan.

Keberhasilan ini membuka peluang baru di sektor ekonomi berbasis ekowisata. Paket wisata edukasi kini mulai dikembangkan untuk menarik minat wisatawan tanpa merusak alam.

“Keberhasilan ini membuktikan bahwa konservasi tidak bisa dilakukan sendiri. Keterlibatan masyarakat adalah fondasi, dan kolaborasi menjadi jembatan yang menghubungkan semua pihak menuju tujuan bersama,” ujar Nadia Amalina Daniel, Ketua Tim Kerja Perlindungan dan Pelestarian LKKPN Pekanbaru.

Nadia juga membagikan pengalamannya selama berada di Pulau Mangkai pada Jumat–Sabtu, 18–19 Juli 2025.

“Saya berada di Pulau Mangkai, melepasliarkan 372 tukik pada sore menjelang malam, dan melihat langsung 5 ekor penyu hijau mendarat untuk bertelur. Ini pengalaman yang luar biasa dan sangat menarik. Potensi Pulau Mangkai sebagai pusat edukasi penyu sangat besar karena kita sudah memiliki data berseri selama 3 tahun,” terangnya.

Dengan semangat kolaborasi dan peran aktif masyarakat, Pulau Mangkai kini tidak hanya menjadi titik terluar Indonesia, tetapi juga titik terang bagi masa depan konservasi penyu di tanah air.(Bk/Jun).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini