Natuna – Siang itu, balai pertemuan Kecamatan Suak Midai dipenuhi warga dari berbagai kalangan. Ada nelayan, ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, hingga pemuda yang datang dengan satu tujuan, menyampaikan langsung kebutuhan mereka kepada wakil rakyat, Daeng Amhar.
Dalam suasana akrab, warga satu per satu menyampaikan keluhan. Air bersih yang sulit diakses masih menjadi persoalan utama di beberapa desa.
“Kadang kami harus menunggu hujan turun untuk bisa mendapatkan air yang cukup,” ungkap seorang ibu rumah tangga dengan nada lirih, menggambarkan betapa mendesaknya masalah tersebut.
Selain itu, warga juga menyoroti kondisi tanggul penahan abrasi pantai yang semakin memprihatinkan.
“Kalau ombak besar, rumah kami di pinggir pantai jadi was-was. Kami butuh tanggul yang kuat agar pemukiman aman,” kata seorang nelayan, yang sehari-hari menggantungkan hidupnya dari laut.
Mendengar aspirasi itu, Daeng Amhar tampak serius mencatat. Ia menegaskan bahwa reses bukan sekadar formalitas, melainkan kewajiban seorang wakil rakyat untuk hadir, mendengar, dan membawa suara masyarakat ke meja pembahasan di DPRD.
“Reses ini adalah amanat undang-undang. Saya datang untuk mendengar langsung apa yang bapak-ibu butuhkan. Aspirasi ini akan kami kawal agar bisa menjadi prioritas di tingkat provinsi,” ucapnya tegas.
Kegiatan yang juga dihadiri oleh Camat Suak Midai, unsur Forkopimcam, kepala sekolah, tokoh masyarakat, dan pemuda itu berlangsung penuh antusiasme.
Suasana hangat tercipta ketika warga merasa didengar, sementara Daeng Amhar memberikan harapan bahwa suara mereka tidak berhenti di ruang reses semata.
Bagi masyarakat Suak Midai, reses kali ini menjadi jembatan penting: sebuah harapan bahwa kebutuhan mendasar mereka air bersih dan perlindungan pantai akan benar-benar diperjuangkan hingga menjadi program nyata pemerintah provinsi. (Bk/Dika)
