Natuna — Pemerintah pusat melalui BWS Sumatera IV Batam, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan proyek strategis Optimalisasi Pemanfaatan Embung Sebayar – Pipa Transmisi Air Baku ke Bukit Berangin di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Proyek ini bertujuan memperkuat sistem penyediaan air baku untuk Masyarakat Natuna yang masih mengalami krisis air bersih, khususnya di wilayah ranai dan untuk mendukung SPAM Natuna.
Pekerjaan tersebut dikerjakan oleh PT Kharisma Bina Konstruksi KSO PT. Busur Kencono dengan nilai kontrak sebesar Rp16.485.034.000 (APBN). Berdasarkan kontrak, pelaksanaan proyek dimulai pada 10 Oktober 2025 hingga Desember 2025, atau memiliki masa kerja 83 hari kalender.
Project Manager PT Kharisma Bina Konstruksi, Hadi Saputra, menjelaskan bahwa proyek ini meliputi pembangunan beberapa fasilitas pendukung dan pemasangan jaringan pipa utama.
“Panjang pipa yang kita kerjakan sekitar 2.300 meter, termasuk jenis pipa GIP dan HDPE, dan kontrak kita hanya sampai ke Bukit Berangin,” ujarnya saat ditemui di lokasi kegiatan pada Senin (10/11/2025).
Hadi memaparkan, beberapa pekerjaan fisik yang dilakukan meliputi pembangunan rumah jaga, rumah pompa, rumah genset, tangki di Bukit Berangin, serta bangunan penguras yang menjadi salah satu pekerjaan yang menantang pada proyek ini.
“Bangunan penguras ini paling menantang karena kita harus menggali hingga kedalaman sekitar 6 meter. Pekerjaannya harus dilakukan sangat hati-hati, apalagi di akhir tahun dengan kondisi cuaca yang sulit diprediksi,” jelasnya.
Ia menyebutkan, dua jenis pipa digunakan dalam proyek ini Pipa GIP dan HDPE. Untuk pipa HDPE yang digunakan HDPE PN 12,5 dan PN 16.
“Dari rumah pompa pipa transmisi menggunakan pipa GIP sepanjang 350 m, lalu dilanjutkan dengan Pipa HDPE PN 16 dan HDPE PN 12,5 sepanjang 2.000 meter sebelum tangki.” tambahnya.
Menurut Hadi, tantangan utama proyek ini adalah cuaca ekstrem.
“Pada penghujung tahun, cuaca di Natuna biasanya tidak menentu, sering hujan dan berangin. Hal ini sangat berpengaruh terhadap stabilitas tanah dan keselamatan kerja, terutama pada bagian galian dalam,” ungkapnya.
Selain itu, pembangunan pintu air menjadi salah satu bagian yang memerlukan ketelitian tinggi.
“Pintu air ini, kalau sesuai desain, panjangnya sekitar 140 meter, lebar 4 meter, dan kedalaman 5,5 meter dari permukaan tanah. Pengerjaannya kita lakukan bertahap, mulai dari bangunan pintu, lalu ke saluran pengarah, dan terakhir ke saluran penguras,” jelasnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Hadi optimistis pekerjaan ini dapat diselesaikan tepat waktu.
“Saat ini progres fisik memang belum mencapai 50 persen. Namun, bila dihitung dengan pengadaan pipa GIP dan HDPE yang akan datang dalam satu-dua hari ini, progres sebenarnya sudah di atas 50 persen,” terangnya.
“Namun karena kontrak kita mencakup pengadaan dan pemasangan sekaligus, jadi yang bisa dihitung real fisiknya baru sekitar 20 persen,” tambahnya.
Pipa transmisi ini dirancang untuk mengalirkan air baku dari Embung Sebayar ke Bukit Berangin dengan kapasitas aliran sekitar 0,05 meter kubik per detik. Proyek ini diharapkan mampu memperkuat sistem penyediaan air bersih dan memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan Ranai dan sekitarnya.
“Kalau proyek ini selesai tepat waktu dan berfungsi optimal, kita berharap masyarakat di Natuna bisa mendapatkan pasokan air baku yang lebih stabil,” tutup Hadi.
Proyek ini menjadi bagian penting dari upaya pemerintah dalam manmbah kapasitas air baku di daerah kepulauan seperti Natuna, yang selama ini menghadapi tantangan keterbatasan sumber air dan kondisi geografis yang unik. (Bk/Dika)

















