Bursakota.co.id, Lingga – Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan kebutuhan konektivitas, warga Desa Mamut, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, justru masih harus bergelut dengan masalah klasik, jaringan Telkomsel yang sering “hilang timbul”.
Beberapa hari terakhir, gangguan makin parah. Jaringan internet bahkan hilang total di Desa Mamut, sementara di lokasi lain hanya sesekali muncul sinyal lemah yang tak mampu menopang kebutuhan dasar komunikasi.
Terpaksa Cari Sinyal ke Luar Desa
Iwan (35), salah satu warga Desa Mamut, mengaku frustrasi. Pekerjaan hariannya sangat bergantung pada akses internet. Namun, kondisi jaringan membuatnya harus mengeluarkan biaya tambahan demi sekadar mendapatkan sinyal.
“Semua urusan sekarang online. Mau kerja, administrasi, bahkan komunikasi dengan keluarga di luar desa pun terganggu. Kami terpaksa keluar desa untuk cari jaringan, itu pun tidak murah,” keluh Iwan, Kamis (15/5/2025).
Menurut Iwan, gangguan ini bukan hal baru. Sejak berdirinya Tower Telkomsel di Desa Mamut, kualitas sinyal memang belum pernah stabil. Lebih parah lagi, konektivitas di desa ini seolah tergantung dengan pasokan listrik dari PLN.
“Kalau PLN hidup, baru ada sinyal. Begitu PLN mati jam 7 pagi, sinyal pun hilang total. Kami ini seperti terisolasi di kampung sendiri,” tambahnya.
Harapan Warga: Jangan Setengah-Setengah Memperbaiki
Warga Desa Mamut berharap Telkomsel tidak menutup mata atas kondisi ini. Mereka mendesak agar perbaikan dilakukan secara menyeluruh, bukan sekadar tambal sulam.
“Kalau mau perbaiki, jangan tanggung-tanggung. Selesaikan tuntas agar tower di desa kami tidak lagi jadi ‘sumber penyakit’ jaringan,” pungkas Iwan.
Kebutuhan Mendesak di Era Digital
Di masa di mana keuangan, administrasi, layanan publik, hingga pendidikan serba online, gangguan jaringan seperti ini bukan hanya soal kenyamanan. Ia menyentuh kebutuhan dasar masyarakat: akses informasi, komunikasi, dan ekonomi.
Ironisnya, ketika dunia berbicara tentang 5G dan transformasi digital, sebagian warga Lingga masih harus bertanya-tanya:
“Kapan sinyal Telkomsel di desa kami bisa benar-benar hidup?” (Bk/Iwan)

















