Opini : Kita semua bisa melihat sendiri betapa cepatnya dunia anak berubah. Dulu, buku cerita menjadi pintu pertama bagi anak untuk mengenal imajinasi. Sekarang, perhatian mereka lebih sering tertuju pada layar ponsel yang selalu penuh dengan lagu-lagu viral, video pendek, atau gerakan TikTok yang mereka hafal luar kepala.
Di kelas, saya berkali-kali menyaksikan anak yang sangat mahir menyanyikan potongan lagu viral. Tapi ketika diminta menceritakan kembali isi buku atau dongeng sederhana, banyak yang terdiam, bingung, atau cepat kehilangan fokus.
Fenomena ini menunjukkan bahwa tantangannya bukan pada kemampuan anak, melainkan pada bagaimana media digital kini lebih menarik perhatian mereka dibandingkan buku yang diam.
Namun perubahan ini sebenarnya tidak perlu ditakuti.
Justru di sinilah ruang bagi kita sebagai pendidik untuk memadukan buku dengan teknologi agar dunia literasi terasa lebih hidup. Dongeng interaktif, cerita dengan ilustrasi bergerak, atau aplikasi membaca bergambar bisa menjadi cara baru mengajak anak menikmati cerita.
Buku tidak sedang tersingkir, ia sedang menemukan teman untuk mendekati anak. Teknologi hanyalah bentuk lain dari jembatan yang dapat membantu agar minat baca bangkit kembali dengan nuansa yang lebih segar.
Meski begitu, keberhasilan pendekatan ini tetap bergantung pada pendampingan orang dewasa. Guru dan orang tua perlu mengambil peran aktif, bukan hanya menjadi pengawas dari jauh.
Mereka harus memilihkan konten yang mendidik, memberi batasan yang wajar, dan mengajak anak berdiskusi setelah menonton atau membaca cerita digital.
Ketika bimbingan hadir, teknologi tidak lagi menjadi lawan buku, tetapi teman yang berjalan seiring. Dari sinilah bisa tumbuh budaya literasi yang tidak kaku, tetapi menyenangkan, sebuah pengalaman belajar yang mengundang rasa ingin tahu, kreativitas, dan kedekatan emosional.
Pada akhirnya, literasi di era ini bukan hanya soal memahami kata dalam buku, tetapi juga kemampuan memahami dunia melalui cerita dan pengalaman yang menyentuh.
Penulis : Nanda Salsabilah

















