Bursakota.co.id, Natuna – Kondisi Jembatan Sungai Setungkuk, Desa Sedanau Timur, Kecamatan Bunguran Batubi sungguh sangat memperihatinkan.
Selain rapuh dan berlubang, jembatan kayu sepanjang 800 meter itu juga terasa goyang jika dilewati. Dampak dari jembatan yang sudah tidak layak, tak jarang warga setempat menjadi korban akibat terjatuh dari jembatan.
Ketua RT 07 Setungkuk Sartono (42) mengatakan, jembatan kayu yang sudah berumur 20 tahun itu merupakan akses satu-satunya bagi warga dalam beraktivitas sehari-hari.
Ada sekitar 70 jiwa warga Setungkuk yang menggantungkan kehidupan dengan jembatan kayu rapuh itu, mulai dari anak-anak sekolah dan warga lainya. Jembatan Setungkuk juga sebagai akses ekonomi warga untuk menjual hasil karet, kelapa, cengkeh serta batu.
Meski berbahaya dan mengancam keselamatan, Sartono mengakui ia dan warga tetap menggunakan jembatan kayu tersebut untuk menyeberang ke kampung sebelah, karena tidak ada pilihan jalan lain.
“Kami tidak ada pilihan jalan lain, memang terpaksa lewat jembatan itu, karena itu jalan-jalan satunya, untuk menunjang kegiatan kami sehari-hari, mulai dari anak- anak sekolah dan kegiatan ekonomi kami disini,”kata Sartono dijumpai bursakota.co.id dikediamanya, Sabtu (22/01/22).
Ia mengatakan, kondisi jembatan beberapa tahun terakhir memang sangat memperihatinkan banyak terdapat lobang-lobang serta kayu jembatan juga sudah rapuh termakan usia. Untuk itu, warga sekitar harus berhati-hati jika melawatinya.
“Kalau untuk sepeda motor memang sudah tidak layak, sangat berbahaya, kalau ada yang berani lewat, itu karena terpaksa saja. Jembatan banyak lobang, kayu-kayu juga sudah rapuh, sudah banyak warga kita yang jatuh dijembatan itu,”katanya.
Sartono mengisahkan betapa pentingnya, jembatan Setungkuk bagi dirinya dan 19 Kepala Keluarga yang ada disana. Terlebih, jika ada warga yang sedang sakit semua menjadi sulit karena harus berjibaku melewati jembatan rusak.
“Kami sangat kesulitan kalau ada warga kami yang sakit, jalan-jalan satunya cuma lewat sana, dengan jembatan yang sudah rusak parah ini tentu menambah kesulitan kami,”kenangnya.
Sartono berharap jembatan Setungkuk secepatnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah, karena jika mengandalkan dana desa tidak cukup untuk perbaikan jembatan sepanjang 700 meter yang masih dalam kondisi rusak parah.
“Kalau harus menggunakan ADD, saya rasa akan kesulitan karena dana terbatas, hanya cukup untuk rehap saja namun tidak akan bertahan lama, karena jembatan sangat panjang ada 700 meter lagi yang membutuhkan perbaikan,”ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sedanau Timur, Tamizi Achmad mengatakan, bahwa jembatan Setungkuk sudah sering di usulkan perbaikan melalui Musrenbang ke pemerintah daerah, namun hingga kini belum terlaksana.
“Tiap tahun usulan prioritas kami hanya satu jembatan Setungkuk tidak ada usulan lain, namun hingga kini belum terealisasi, alasanya dana tidak cukup dan kegiatan dipangkas,”kata Tarmizi di kediamanya, Sabtu (22/01).
Dikatakan Tarmizi angin segar perbaikan jembatan Setungkuk selalu ada dari pemerintah daerah, namun dari tahun ke tahun tidak pernah terlaksana. Hingga kini jembatan Setungkuk tetap saja masih rusak parah.
“Kemaren tahun 2021 sempat masuk usulan perbaikan jembatan Setungkuk Rp1,7 milyar di APBD Natuna, namun dipangkas menjadi Rp1 milyar, anehnya hingga penghujung tahun tidak ada terlaksana dan hilang begitu saja,”ujarnya.
Dikatakan Tarmizi, panjang jembatan Setungkuk secara keseluruhan hampir 1 kilo meter. Kondisi jembatan yang rusak parah saat ini sepanjang 700 meter. Dengan kemampuan dana desa hanya bisa dilakukan perbaikan alahkadarnya, untuk perbaikan secara keseluruhan harus mendapat dukungan dari APBD Natuna.
“Kalau untuk rehap sudah sering kita anggarkan, namun hanya untuk sementara karena dana desa sangat terbatas. Tahun lalu saya alokasikan Rp15 juta untuk mengganti papan-papan yang sudah rapuh,”ujarnya.
Tarmizi berharap jembatan Setungkuk secepatnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah, karena jembatan itu merupakan jantung ekonomi warga. Saat ini, kata Tarmizi jembatan sudah sangat tidak layak untuk dilewati, karena sudah rapuh dan banyak lobang.
“Saya kalau melintas ke sana tidak berani lagi naik sepeda motor, cuma berani jalan kaki itupun harus hati-hati karena banyak lobang, sudah banyak warga saya jatuh disana,”ungkap Tarmizi.
Tarmizi berharap jembatan Setungkuk mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, sebelum jembatan tambah parah dan lebih banyak memakan korban. Anak-anak sekolah sangat membutuhkan akses jembatan itu termasuk warga sekitar dalam beraktivitas.
“Saya selalu sampaikan usulan kami hanya satu jembatan setungkuk, kalau tidak bisa bangun sekaligus, bertahap pun tidak apa-apa, jangan hilang begitu saja,”harapnya.(don)