Nelayan Pesisir Juga Terdampak Dari Maraknya Illegal Fishing

0
111

NATUNA – Dilema akan nasib nelayan di Natuna masih terus berlanjut.

Maraknya Illegal Fishing di laut Natuna Utara tak hanya di rasanya oleh nelayan laut lepas saja tetapi hingga ke seluruh antero negeri bahkan hingga ke para nelayan pesisir.

Pagi-pagi kami sudah berangkat menuju Kampung Meso. Sebuah kampung yang terletak di Desa Batu Gajah, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna untuk berjumpa dengan salah seorang nelayan tradisional yang biasanya turun melaut.

Benar saja, perjalanan yang kami lakukan pagi ini tak sia-sia, ketika sampai di salah satu jembatan memisahkan antara Desa Batu Gajah dan Desa Singgang Bulan tampak seorang nelayan sedang menguras air “Lupek” (bahasa Natuna) sebutan sampan kecil yang semalam di guyur hujan.

Tanpa membuang waktu, kami langsung bergegas menemui nelayan tersebut dan menjelaskan maksud serta tujuan, Alhamdulillah disambut baik olehnya.

Khairudin biasa disapa Buyung (32) warga Kampung Meso, Desa Batu Gajah, nelayang tradisional yang biasanya menangkap kepiting mangrove dan turun ke laut pada pagi hari kemudian pulang ketika hari menjelang maghrib ini mengaku dirinya terpaksa beralih profesi sebagai nelayan karena terdampak Covid-19.

Ketika diminta keterangan seputar kehidupan nelayan, dirinya dengan tegas menyatakan apapun pekerjaan yang dijalankan semuanya sudah kehendak yang maha kuasa. Tinggal bagaimana kita menjalaninya dan menyikapinya saja, karena ia yakin bahwa segala bentuk rencana ilahi adalah yang terbaik.

Memang tak terlintas penyesalan bahkan ragu di wajah pria paruh baya ini, meski hanya bermodalkan sebuah sampan kecil tanpa mesin, hanya mengandalkan kekuatan tangan untuk mendayung namun ia mampu menempuh jarak 5 hingga 8 mil ke laut dari garis pantai.

“Biasanya kita mancing juga untuk umpan perangkap kepiting serta untuk dikonsumsi sehari-hari,” ujar Buyung kepada bursakota.co.id Jumat, 01 Oktober 2021 pagi saat berada di atas sampan kecil miliknya.

Meski berprofesi sebagai nelayan, Buyung mengaku terkadang ia juga terpaksa harus membeli dari nelayan-nelayan lain bahkan ke agen-agen ikan, jika alam sedang tidak memungkinkan untuk pergi memancing. Hal ini biasanya terjadi pada musim utara dengan faktor alam yang tak menentu.

“Dengan sampan yang begitu kecil kami tak berani melaut untuk mancing kalau musim utara, jadi terpaksa harus membeli saja,” ujarnya.

Ketika ditanya adakah dampak dari maraknya illegal fishing yang terus terjadi di laut lepas Natuna, ia mengatakan sebagai nelayan pesisir dirinya tak merasakan dampaknya secara langsung. Tetapi hal ini dapat dirasakan ketika ia membeli ikan dari nelayan lain, biasanya akan mematok harga jual jauh lebih mahal.

“Menurut saya ini hal yang lumrah, bagaimana hasil tangkapan nelayan di laut akan mempengaruhi harga yang akan mereka jual ketika sampai di darat, semakin sedikit ikan yang mereka dapatkan, maka harga jualnya akan semakin tinggi,” pungkas Buyung.

Apalagi lanjut Buyung dengan penghasilan tidak tetap, ia sangat berharap kepada pemerintah baik daerah, provinsi maupun pemerintah pusat agar bisa bergandengan dalam menyikapi maraknya illegal fishing yang tiada henti di laut Natuna.

“Mari hilangkan ego dan coba jalin rasa kebersamaan antara stakeholder dan pemangku kepentingan terkait, karena disini ada para nelayan yang harus diperhatikan,” tuturnya.

Selain itu ia juga berharap kepada pemerintah agar lebih memperhatikan nasib-nasib para nelayan pesisir. Terutam ketika akan menyalurkan bantuan nelayan agar betul-betul dilakukan pengecekan. Apakah penerima bantuan tersebut benar-benar nelayan atau hanya orang-orang yang sekedar hobi melaut. Sehingga bantuan dari pemerintah tepat sasaran dan tak sia-sia.

“Semoga keluh kesah yang kami rasakan dapat diperhatikan dan diperjuangkan oleh para pemangku kepentingan, sehingga nasib para nelayan kedapan benar-benar menjadi semakin lebih baik,” harap Buyung. (Rusdi).

Liputan kolaborasi peserta In House Training Jurnalistik Maritim Berwawasan Kebangsaan yang digelar oleh LPKW UPN Veteran Yogyakarta bekerjasama dengan Kedubes Amerika Serikat di Indonesia, Zona_3 Natuna-Anambas. (Rusdi/bursakota.co.id)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini