Natuna – Sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Natuna kembali mengeluhkan belum cairnya Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yang kini telah memasuki bulan ketiga.
“Masuk tiga bulan, Bang. TPP kami belum cair,” ujar salah satu ASN yang enggan disebut namanya kepada media, Selasa (16/7/2025).
Keterlambatan ini bukan yang pertama terjadi. Sejumlah ASN mengaku kondisi serupa sempat terjadi beberapa waktu lalu dan kembali terulang pada pertengahan tahun ini.
TPP yang biasanya menjadi salah satu penopang utama kesejahteraan ASN, terutama bagi yang memiliki tanggungan rumah tangga dan cicilan, kini belum juga dibayarkan sejak April 2025.
Situasi ini tentu memicu keresahan di kalangan pegawai negeri sipil yang berharap adanya kepastian dan transparansi dari pemerintah daerah.
Keterlambatan TPP juga memberikan dampak langsung terhadap perputaran ekonomi di masyarakat.
Seorang ASN lain mengaku, sejak TPP tak kunjung cair, ia harus menunda sejumlah pengeluaran rumah tangga, termasuk cicilan dan belanja bulanan.
“Biasanya TPP itu jadi penyambung untuk belanja dapur, bayar sekolah anak, sampai cicilan. Sekarang semua harus dikencangkan ikat pinggang,” ujarnya.
Situasi ini tak hanya berdampak pada ASN. Warung makan, toko kelontong, jasa angkutan hingga pelaku UMKM di juga ikut merasakan penurunan omzet.
Salah seorang pemilik warung di sekitar Ranai mengatakan bahwa pembelinya, yang sebagian besar adalah ASN, kini lebih banyak membawa bekal dari rumah atau mengurangi belanja harian.
“Biasanya jam makan siang rame. Sekarang sepi. Banyak yang bilang, TPP belum keluar, ASN banyak bawa bekal dari rumah,”keluhnya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa TPP tidak hanya berfungsi sebagai tambahan penghasilan pegawai, tapi juga berperan menopang sirkulasi uang di sektor informal yang bergantung pada pengeluaran harian para ASN.
Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Natuna belum memberikan penjelasan resmi terkait penyebab keterlambatan, termasuk kapan kepastian TPP akan kembali dicairkan.
Ketidakpastian ini menambah kekhawatiran, terlebih di tengah tekanan ekonomi masyarakat yang juga terdampak oleh inflasi bahan pokok dan kebutuhan sekolah anak-anak.
Editor : Papi