Bursakota.co.id, Indra Makmur Selasa 29 April 2025 – Di tengah gempuran digitalisasi dan kemajuan layanan keuangan, warga Indra Makmu, Aceh Timur, masih hidup dalam “kegelapan” perbankan. Tidak adanya kantor cabang Bank Aceh di kecamatan ini bukan hanya soal ketidaknyamanan. Ini soal ketidakadilan.
Bagaimana mungkin dalam provinsi yang menjadikan Bank Aceh sebagai kebanggaan daerah, masih ada kecamatan yang harus menempuh lebih dari 17 kilometer hanya untuk membuka rekening? Untuk urusan yang semestinya bisa diselesaikan dalam hitungan menit, warga harus mengorbankan waktu, tenaga, dan uang.
Kisah anak yatim yang kesulitan membuka rekening untuk menerima bantuan sosial adalah potret paling menyayat dari kelalaian sistemik ini. Bukan sekadar keluhan administratif, tapi bentuk nyata dari ketimpangan akses yang dibiarkan terus berlangsung.
Bank Aceh tidak bisa terus berlindung di balik jawaban normatif seperti “akan dikoordinasikan” atau “masih dalam kajian.” Masyarakat butuh bukti. Kehadiran. Tindakan.
Lebih dari itu, pemerintah daerah juga harus mengambil peran. Jika akses perbankan masih menjadi kemewahan di satu kecamatan, maka ada yang salah dalam prioritas pembangunan kita.
Kehadiran Bank Aceh di Indra Makmu bukan hanya soal bisnis, ini soal tanggung jawab sosial. Soal pemerataan layanan. Soal keberpihakan pada daerah yang selama ini hanya menunggu, bersabar, dan menelan kecewa.
Warga sudah cukup bersuara. Kini saatnya pihak terkait benar-benar mendengar dan bergerak. Jangan tunggu sampai kepercayaan rakyat pada institusi lokal seperti Bank Aceh memudar, karena ketidakpedulian adalah awal dari keterasingan.