Kabupaten Natuna, yang dahulu dikenal sebagai daerah kaya dengan sumber daya alam melimpah, kini menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan.
Dulu, transfer dana bagi hasil (DBH) dari sektor minyak dan gas (migas) mengalir lancar, memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan daerah.
Namun, situasi tersebut telah berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Pada masa kejayaannya, Natuna menjadi salah satu daerah dengan potensi migas terbesar di Indonesia. Pendapatan dari DBH migas mampu membiayai berbagai program pembangunan, mulai dari infrastruktur, pendidikan, hingga layanan kesehatan.
Anggaran daerah selalu dalam kondisi stabil, bahkan surplus, sehingga pemerintah daerah dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Bagi hasil migas kala itu seperti darah segar bagi kas daerah. Segala kebutuhan pembangunan terpenuhi, dan pegawai tidak pernah merasakan keterlambatan gaji atau tunjangan,” kenang seorang mantan pejabat daerah kepada bursakota.
Namun, seiring berjalannya waktu, ketergantungan Natuna pada sektor migas mulai menghadapi tantangan serius. Penurunan produksi migas, fluktuasi harga minyak dunia, dan perubahan kebijakan transfer dana pusat menyebabkan kas daerah sering kali berada dalam kondisi kritis.
Saat ini, pemerintah daerah bahkan menghadapi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pembayaran gaji pegawai. Tidak jarang kas daerah kosong, dan berbagai program pembangunan harus ditunda.
“Kami merasakan perbedaannya. Dulu, semua terasa mudah. Kini, untuk membayar gaji saja kadang-kadang harus menunggu dana dari pusat,” ujar seorang ASN yang enggan disebutkan namanya.
Meski menghadapi kesulitan, pemerintah daerah tampaknya tidak tinggal diam. Upaya diversifikasi ekonomi terus dilakukan, seperti pengembangan sektor pariwisata, perikanan, dan kelautan.
Selain itu, pemerintah juga intensif berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mendapatkan dukungan anggaran, termasuk dalam hal pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat Natuna berharap pemerintah dapat segera mengatasi persoalan ekonomi ini dengan langkah nyata. Kunci utama adalah pemerintah daerah harus berinovasi dalam menggali potensi daerah selain migas.
Ketergantungan terhadap pendapatan hasil migas yang tidak menentu adalah pengingat bagi Natuna untuk melakukan transformasi ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam lain yang melimpah, komitmen pemerintah, dan dukungan masyarakat, Natuna memiliki peluang besar untuk menciptakan masa depan yang lebih stabil dan mandiri.
Perubahan dari masa kejayaan ke masa sulit ini menjadi pelajaran penting bagi Natuna untuk tidak bergantung pada satu sektor saja. Dengan komitmen bersama, Natuna diharapkan bisa bangkit kembali dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Editor : Papi